Jumat, 28 April 2017

REVIEW JURNAL VII : PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA

Diposting oleh Unknown di 18.07 0 komentar


A.       DEFINISI PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing princes), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
Inflasi telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia. Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya. Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil adalah suatu kendala penfukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap teori akuntansi.

B.       LAPORAN KEUANGAN DAPAT MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang di catat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
1.    Kenaikan dalam proporsi pajak.
2.    Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham.
3.    Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja.
4.    Tindakan yang merugikan dari Negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).

Kegagalan untuk menyesuaikan data keungan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli perode ini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1.    Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2.    Mengelola masalah yang timbulkan oleh perubahan harga tergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3.    Laporan dari para menajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan hatga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan iformasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.

Meskipun laju melambat, akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang kebanyakan harta.
Jenis – jenis Penyesuaian Inflasi:
1.    Model historical cost-constant purchasing power – daya beli tetap-biaya historis: jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga (daya beli) umum
2.    Model currett-cost – biaya-kini
-       aset dinilai dari biaya kininya daripada biaya historisnya
-       laba dideinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan
3.    Biaya Kini disesuaikan dengan tingkat harga umum, merupakan gabungan dari Modelhistorical cost-constant purchasing power dan Model currett-cost, menggunakan indeks harga umum maupun khusus.

Penyesuaian Tingkat - Harga Umum
Mata uang konstan biaya historis atau equivalen daya beli umum merupakan jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli). Jumlah nominal merupakan jumlah mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa.

Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan transaksi kini.

INDEKS HARGA
Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya (yaitu daya beli tetap-biaya historis).
Rumus yang digunakan adalah:
GPLC / GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEC
dimana,                   
GPL     = indeks harga umum
c           = tahun berjalan
td         = tanggal transaksi
PPE      = setara daya beli umum

Penyesuaian Biaya – Kini
Perbedaan model biaya kini dengan akuntansi konvensional, yaitu:
1.    Aset dinilai pada biaya kininya ketimbang biaya historisnya.
2.    Laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan perusahaan disuatu periode  (tidak termasuk pertimbangan pajak) sambil tetap mempertahankan kapasitas produksi atau modal fisiknya.

Biaya Kini Disesuaikan dengan Tingkat – Harga Umum
Kebijakan akuntansi:
1.    Dasar Penyajian
2.    Komparabilitas
3.    Persediaan
4.    Aset Tetap
5.    Penyusutan
6.    Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
7.    Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham
8.    Laba atau rugi dari posisi moneter

Pendekatan Terhadap Akuntansi Inflasi di Beberapa Negara
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi ) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini.

Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33 menemukan bahwa :
1.    Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
2.    Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
3.    Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini

Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terkini :
a.    Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
b.    Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
c.    Keuntungan atau kerugiaan daya beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
d.   Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga umum )
e.    Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
f.     Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
g.    Laba per saham ( dari operasi berjalan ) menurut dasar biaya kini
h.    Deviden per saham biasa
i.      Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
j.      Tingkat Indeks Harga Konsumen ( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan

INGGRIS
Komite Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC ) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam 2 hal yaitu :
1.    Standar AS menghaaruskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
2.    Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan

Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1.    Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2.    Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3.    Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai

BRASIL
Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hukum perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang local. Aktiva permanent meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tanguhan dan deprsiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi ( termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait ). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.

BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
IAS 29 pelaporan keungan dalam Perekonomian Hiperinflasi mewajibkan ( dan bukan hanya merekomendasikan ) penyajian ualang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perkekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca.
Isu-isu Mengenai Inflasi
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu yaitu :
1.    Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi
2.    Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi
3.    Akuntansi inflasi luar negeri
4.    Menghindari fenomena kejatuhan ganda

Keuntungan dan Kerugiaan Inflasi
Keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir serta transaksi dalam seluruh aktiva dan kewajiban moneter ( termasuk utang jangka panjang ). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugiaan pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus ( dan bukan umum ). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat ( atau biaya ) kepada pemegang saham berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas ( dikurangi dari ) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan yang disebut sebagai “ Laba Biaya Kini Tertribusi Kepada Pemegang Saham “.
Pendekatan Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, peyesuaian dan penyajian bersih aktiva pemanen atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukkan adanya sebagai modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugiaan daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.

Keuntungan dan Kerugiaan Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
1.    Laba operasi ( perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi )
2.    Keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi

Akuntansi Untuk Inflasi Di Luar Negeri
Di Amerika Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan ekspresimen dengan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan pengungkapannya biaya kini. Oleh karena itu, investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik ( model biaya kini yang digunakan ) menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai deviden ( kekayaan yang dapat dibagikan ) tanpa mengurangi kapasitas produktifnya. Model biaya histories tetap saja adalah model biaya historis.
Prosedur penyesuaian tingkat harga lebih disukai berikut ini :
1.    Sajikan ulang laopran keuangan seluruh anak perusahaan, baik domestic secara spesifik maupun asing, dan laopran induk perusahaan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik ( sebagai contoh biaya kini )
2.    Translasikan akun-akun seluruh anak perusahaan diluar negeri kedalam nilai ekuivalen mata uang domestic dengan menggunakan suatu nilai konstan ( yaitu kurs valuta asing pada tahun dasar atau tahun sekarang )
3.    Gunakanlah indeks harga spesifik yang relavan dengan apa yang dikonsumsi oleh perusahaan dalam menghitung keuntungan atau kerugiaan moneter

Menghindari Kejatuhan Ganda
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri. Seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi local langsung berpengaruh kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan ( paling tidak dalam jangka pendek ). Dengan demikian ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negative.

Contoh akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar dengan kurs ini. Kita mengasumsikan beberapa hal berikut ini :
a.    Inflasi Negara local adalah 20 % selama tahun yang beru saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar 6 % selama tahun teersebut
b.    Kurs nilai tukar pembukuan pada tanggal 1 Januari adalah LC1=$1,00
c.    Kurs nilai tukar penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1=$0,88
d.   Devaluasi mata uang selama tahun untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12 %
e.    Persediaan dalam mata uang local adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal 31 Desember
f.     Tidak ada perubahan yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.

Dari paparan tentang pelaporan keuangan dan perubahan harga menurut saya setiap perusahaan yang sudah bonafit wajib melakukan pelaporan keuangannya bahkan ke public atau masyarakat juga. Dan jika kita ingin melakukan bisnis internsioanal kita tidak bisa dipisahkan dengan nilai mata auang dan perubahan harga uang atas barang dan jasa. Dalam suatu perekonomian bisa mengalami yang namanya perubahan harga. Perubahan harga tersebut ada yang namanya inflasi ( kenaikan harga secara keseluruhan ) dan deflasi ( penurunan harga ). Disetiap Negara memiliki perbedaan dalam hal penilaian biaya kini yang dikaitkan terhadap inflasi di pemaparan diatas di jelaskan tentang sudut pandang internasional terhadap akuntansi inflasi antara Negara Amerika Serikat, Inggris dan Berasil. Dari itu semua ada keuntungan dan kerugiaan inflasi pada Negara Amerika Serikat, Inggris dan Brasil dan juga Kepemilikan.

International accounting Standars Board (IASB)
IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal di lingkungan hiperinflasi tidak bermanfaat. Laba atau rugi daya beli terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan ke dalam laba bersih.
Perusahaan pelaporan juga harus mengungkapkan:
1. Fakta bahwa penyajian ulang atas perubahan daya beli umum unit pengukur telah dilakukan.
2.    Model penilaian aset yang digunakan dalam pelaporan utama (yaitu penilaian historis atau biaya kini)
3.    Identitas dan tingkat indeks harga per tanggal neraca, berikut pergerakannya selama tahun pelaporan.
4.    Laba-rugi moneter bersih tahun berjalan.

HAL-HAL TERKAIT INFLASI
a.    Laba dan Rugi Inflasi
b.    Laba dan Rugi Modal
c.    Inflasi Asing

REVIEW JURNAL IV :AKUNTANSI KOMPARATIF AMERIKA DAN ASIA

Diposting oleh Unknown di 18.05 0 komentar

Nama Jurnal
Volume / Halaman
Nama Penulis
Syahril Djaddang dan Suratno
Judul Jurnal
Genealogi Pengungkapan Fair Value Accounting Berbasis Pasar dan Konvergensi Praktik Akuntansi di Indonesia (Studi Interpretif – Kritis Praktik IFRS)
Tanggal Jurnal
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah genealogi akuntansi modern tentang pengungkapan Fair Value Accounting atas adopsi International Financial Reporting Standard memitigasi Konvergensi Akuntansi Di Indonesia yang digunakan untuk membangun prinsip-prinsip akuntansi modern, seperti IFRS sebagai justifikasi praktik akuntansi masa kini. Penelitian ini juga menyoroti pertimbangan penting bagi negara-negara lain untuk membahas IFRS karena krisis keuangan global saat ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan filsafat ilmu dengan studi kepustakaan (library research), yang bersifat interpretatif kritis praktif IFRS. Filsafat ilmu digunakan sebagai analisis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang cenderung destruktif disatu sisi dan inspiratif dalam menyelamatkan manusia dari sikap membenarkan asumsi keilmuannya sendiri
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Menanggapi kekhawatiran tentang pengukuran nilai wajar di pasar tidak likuid, dewan membentuk Penasehat Ahli untuk mengidentifikasi praktek terbaik untuk mengestimasi nilai wajar di pasar dan pengungkapannya. Pada Oktober 2008, IASB patuh pada tekanan regulator Eropa dan santai posisinya di FVA memungkinkan perusahaan untuk mentransfer non-derivatif aset keuangan dari klasifikasi yang dilaporkan sebesar nilai wajar ke dalam kategori yang menggunakan biaya perolehan diamortisasi dengan aset nilai (Bogoslaw, 2008). Dewan Standar Akuntansi Internasional dirasionalisasi perubahan dengan mengatakan itu akan menciptakan tingkat lapangan bermain dengan standar FASB ada, Laporan Laporan Akuntansi, Keuangan 115 yang memungkinkan perusahaan dalam keadaan langka ‘untuk membuat transfer yang sama. IASB berpendapat krisis keuangan saat ini pada dasarnya memenuhi syarat sebagai situasi langka karena pasar tidak likuid untuk produk keuangan (Bogoslaw, 2008). Selanjutnya, pada 31 Oktober 2008, IASB menerbitkan bimbingan pendidikan pada pengukuran nilai wajar dari instrumen keuangan di pasar yang tidak lagi aktif. Hal itu menegaskan bimbingan diterbitkan sebagai hasil dari diskusi oleh Penasehat Ahli dibuat oleh IASB pada tahun 2008. Pedoman diusulkan juga konsisten dengan persyaratan AS yang ada, termasuk perubahan terakhir.
Ekonomi di Asia-Pasifik (Jepang, India, Malaysia dan Indonesia), Amerika Utara (Kanada), Amerika Tengah (Meksiko) dan Amerika Selatan (Argentina, Brasil dan Chile) mengadops adopsi penuh IFRS. Namun, negara-negara tersebut mengadopsi IFRS sebagai pertimbangan pengaruh krisis keuangan, khususnya penggunaan FVA di IFRS dan perannya dalam krisis keuangan.
Semua negara-negara yang sudah menyiapkan konvergensi tetap teguh dengan rencana konvergensi akuntansi. Dipimpin oleh Ikuo Nishikawa, Ketua ASBJ, dan Sir David Tweedie, Ketua IASB, pertemuan kesepuluh untuk mempercepat konvergensi Jepang GAAP dan IFRS (IASB, 2009). Sebagai bagian dari pertemuan tersebut, perwakilan dari IASB memberikan update kebijakan yang telah dan oleh IASB dalam menanggapi krisis keuangan. Roadmap ini memungkinkan adopsi awal IFRS oleh perusahaan tercatat untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April 2009 dan mengusulkan adopsi IFRS wajib dari 2015 atau 2016.
Kesimpulan Penelitian
Studi eksplorasi ini menyoroti implikasi penting krisis keuangan global dan konvergensi praktik akuntansi, pelaporan keuangan, dan kecenderungan konvergensi IFRS di Indonesia. Dengan analisis metode genealogi akuntansi menunjukkan bahwa krisis keuangan tidak menghambat kecenderungan konvergensi akuntansi: mayoritas negara-negara mengalami krisis keuangan global dan berkomitmen untuk mengadopsi IFRS yang direncanakan. Selain itu, kemajuan konvergensi dicapai antara IFRS dan US GAAP.
American Bankers Association dan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) pada September 2008 menyatakan bahwa” masalah yang ada di pasar keuangan saat ini dapat ditelusuri ke berbagai faktor. Salah satu faktor yang diakui adalah nilai wajar akuntansi(FVA), kekhawatiran dimiliki oleh Kongres AS, karena tekanan yang kuat pada Standar Akuntansi Keuangan (FASB) untuk mengubah aturan akuntansi. Lihat juga Forbes (2009), Wallison (2008a, b) dan Whalen (2008) untuk akuntansi nilai wajar (FVA) dan krisis keuangan.
Pendapat Mengenai  Jurnal
Pendapat saya mengenai jurnal ini bahwa jurnal ini cukup baik karena penelitian ini menjelaskan tentang  Pengungkapan Fair Value Accounting Berbasis Pasar dan Konvergensi Praktik Akuntansi di Indonesia. Tema yang diangkat juga cukup menarik untuk diikuti. Jurnal ini memuat informasi yang menarik seperti Konvergensi Praktik Akuntansi dari beberapa negara.

REVIEW JURNAL VI : TRANSLASI MATA UANG ASING

Diposting oleh Unknown di 18.01 0 komentar


TEMA
Translasi Mata Uang Asing
JUDUL JURNAL
Analisis Penerapan PSAK No.10 Tahun 2012 Terhadap Laporan Keuangan PT. Bank Central Asia (BCA) TBK
VOLUME / HALAMAN
Vol. 2 No. 4, Hal. 343-353
NAMA PENULIS
-        Andre Kevin Roring
-        Jenny Morasa
-        Rudy Pusang
TANGGAL JURNAL
Desember 2014
TUJUAN PENELITIAN
Untuk menganalisis kebijakan dan prosedur Penerapan yang dilakukan PT. Bank BCA Tbk. dalam Penerapan PSAK No. 10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing serta membandingkan perubahan apa yang terjadi setelah PSAK No.10 Tahun 2012 diterapkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian deskriptif yaitu menganalisa dan membandingkan data-data yang diperoleh pada Penerapan PSAK No. 10 tahun 2012 terhadap Bank BCA.
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif, serta sumber datanya merupakan data sekunder dan data primer.

HASIL PENELITIAN
Proses pengukuran kembali yang dilakukan Bank BCA
Proses pengukuruan kembali dilakukan dengan membagi item-itemdalam laporan keuangan menjadi 3 pos, yaitu pos moneter, pos nonmoneter danpos penedapatan dan beban. Bank melakukan pengukuran kembali mata uangasing kedalam mata uang fungsional dengan prosedur sebagai berikut:

Tabel 1. Pencatatan Pos – Pos dalam Kurs Yang Berlaku
Item – item Laporan Keuangan
Kurs Yang Berlaku
Pos Moneter
Kurs Reuters Tengah BI
Pos Nonmoneter
Kurs pada Tanggal Transaksi
Pendapatan dan beban pada laporan laba rugi komprehensif
Kurs rata – rata selama Tahun 2013 dan 2012
Sumber Data olahan, 2014
Proses Pengukuran Kembali Pos Moneter
Pos moneter yang ada di bank terdiri dari aset moneter dan liabilitasmonenter, aset moneter yang ada dalam bank berupa Kas, giro, Aset keuanganyang diperdagangkan, tagihan akseptasi,wesel tagih, kredit yang diberikan, efek-efek untuk tujuan investasi-bersih, sedangkan liabilitas moneter yang dimilikibank berupa simpanan dari nasabah,simpanan dari bank-bank lain, liabilitaskeuangan yang diperdagangkan, utang akseptasi dan pinjaman di terima. Berikutini adalah tabel Kurs Valuta Asing Utama pada tanggal 31 Desember 2013 dan2012, yang menggunakan Kurs tengah Reuters pukul 16.00 WIB (Rupiah penuh)yang digunakan bank dalam Proses pengukuran kembali dalam pos moneter :

Tabel 2. Kurs Valuta Asing Utama pada Tanggal 31 Desember 2013 dan 2012.
Jumlah Mata Uang
Valuta Asing
2013
(Dalam Rupiah)
2012
(Dalam Rupiah)
1
Dolar Amerika Serikat (USD)
12.170
9.638
1
Dolar Australia (AUD)
10.896
10.007
1
Dolar Singapura (SGD)
9.622
7.879
1
Dolar Hong Kong (HKD)
1.570
1.234
1
Poundsterling Inggris (GBP)
20.111
15.515
100
Yen Jepang (JPY)
11.575
11.177
1
Euro (EUR)
16.799
12.732
Sumber: Laporan Tahunan Bank BCA Tbk. 2013
Proses awal dalam melakukan pengukuran kembali terhadap posmoneter ini adalah dengan merinci saldo seluruh item-item pos moneter danmencocokan saldo akhir pada laporan posisi keuangan per 31 Desember 2013 dan2012. Setelah itu melakukan peniliaian kembali saldo akhir dari masing-masingpos moneter dan item-item di dalamnya pada Tahun 2013 dan 2012 denganmenggunakan kurs tengah BI pada tanggal 31 desember 2013 dan 2012. Hasilperhitungan pengukuran kembali atas rincian saldo pos moneter beserta item-item di dalamnya per 31 Desember 2013 dan 2012. Untuk kas setara kas dalamBank BCA Sendiri yang di ambil dalam laporan arus kas yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.Kas Setara Kas
Keterangan
Tahun Berakhir 31 Desember
2013
2012
(Penurunan) Kenaikan bersih kas dan setara kas
(8.718.266)
28.446.425
Kas dan setara kas, awal tahun
76.894.602
49.176.049
Pengaruh fluktuasi Kurs Valuta Asing pada kas dan setara kas
(1.020.009)
(747.872)
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun
67.156.327
76.874.602
Sumber: Laporan Tahunan Bank BCA Tbk. 2013
Jurnal Kas setara Kas:
Penurunan Nilai                    9.738.275
Kas setara Kas                                   9.738.275.
(Selisih dari Kas setara Kas dari Tahun 2012 ke 2013)

Jurnal Selisisih Saldo Aset dan Liabilitas Moneter dalam Valuta Asing
Jurnal saldo selisih kas dari Tahun 2012 ke 2012
Kas                                                         202.575
Penambahan Nilai Kas                                    202.575
(Selisih dari Kas setara Kas dariTahun 2012 ke 2013) Giro pada Bankindonesia
Selisih penurunan nilai                     1.025.615
Giro pada Bank Indonesia                           1.025.615
(Selisih Giro pada Bank BI Untuk Tahun2012 ke 2013) Penempatan pada bank lain
Penempatan pada bank  bank lain        3.253.559
Selisih kenaikan Nilai                                    3.253.559
Aset keuangan yang diperdangankan
Selisih penurunan nilai aset             2.000.000
Aset keuangan yang di perdagangkan        2.000.000

Tagihan akseptasi
Tagihan akseptasi
1.433.688

Penurunan nilai tagihan

1.433.688
Wesel tagih –bersih


Wesel tagih
674.601

Selisih Penambahan nilai

674.601

Kredit yang di berikan
Kredit yang diberikan                       1.822.079
Piutang usaha                                                1.822.079
Efek  efek untuk tujuan Investasi bersih
Kenaikan dari selisih total efek        1.822.079
Utang investasi                                              1.822.079
Simpanan dari nasabah.

Kas                                                      7.805.501
Hutang                                                            7.805.501
(selisih total simpanan dari nasabah dariTahun 2012 ke 2013) Simpanan daribank  bank lain.
Kas                                                         834.454
Hutang                                                              834.454
(selisih total simpanan bank  bank lain dari tahun 2012 ke 2013)
Liabilitas keuangan yang diperdagangkan.
Kas                                                                  133
Liabilitas yang diperdagangkan                              133
Utang Akseptasi
Penurunan nilai                                 1.178.170
Utang Akseptasi.                                            1.178.170
Pinjaman yang diterima.
Kas                                                                    58
Pinjaman yang diterima                                           58

Proses Pengukuran Kembali Pada Laporan Laba Rugi Komperhensif
Laba atau rugi Kurs Valuta Asing atas aset dan liabilitas Monetermerupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah padaawal tahun, disesuaikan dengan suku bunga efektif dan pembayaran selamatahun berjalan, dan biaya perolehan diamortisasi dalam valuta asing yangdijabarkan ke dalam Rupiah dengan Kurs pada akhir Tahun.

Keterangan
Tahun Berakhir 31 Desember
Selisih
2013
2012
Jumlah Pendapatan operasional
33.725.807
27.613.956
6.111.851
Jumlah Beban Operasional
-14.631.462
-12.859.718
-1.771.744
Laba operasional – bersih
17.078.667
14.255.568
2.824.099
Pendapatan non – operasional bersih
736.939
430.478
306.461
Laba sebelum pajak penghasilan
17.815.606
14.686.046
3.129.560
Beban pajak penghasilan



Kini
-3.973.278
-3.141.702
-831.576
Tangguhan
413.911
174.116
239.975
Pendapatan  Komperhensif  lain :



Selisih Kurs Karena Penjabaran Laporan Keuangan
87.415
21.134
66.101
dalam Valuta Asing



Aset keuangan tersedia untuk dijual :



Perrubahan nilai wajar – bersih
-1.780.934
215.554
-1.565.380
Pajak Penghasilan terkait pendapatan Komperhensif
445.233
-53.886
391.367
lain



Lain –lain
-3.641
-2.729
912
Pendapatan Komperhensif Lain, Setelah Pajak
-1.251.927
180.063
1.071.
Penghasilan



Jumlah Laba Komperhensif
13.004.312
11.898.523
1.105.708
Sumber:  Laporan Tahunan Bank BCA Tbk. Tahun 2013
Selisih dari Laba Komperhensif  Tahun berjalan adalah sebesar 1.105.708yang diakui sebagai kenaikan Laba Komperhensif dari Tahun 2012 ke tahun2013.

Pengakuan Selisih Kurs yang Terjadi Atas Pengukuran Kembali
Pendapatan, beban, laba dan rugi merupakan akumulasi dari LaporanLaba Rugi Komprehensif Bulanan selama Tahun berjalan yang dijabarkan kedalam Rupiah dengan rata-rata Kurs tengah Reuters untuk bulan yangbersangkutan. Perbedaan yang terjadi atas pengukuran kembali terhadap item-item dalam laporan keuangan terjadi karena Selisih antara saldo akhir total asetdan saldo akhir total liabilitas dan ekuitas dari hasil pengukuran kembali.

 

Tabel 5. Selisih Kurs Dalam Penjabaran Laporan Keuangan Valuta Asing
Keterangan
31 Desember 2017
Selisih
2013
2012
Selisih Kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam Valuta Asing
            309.103
            221.688
              87.415
Sumber: Data Olahan 2014

 


KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini : PT. Bank Central Asia (BCA) Tbk. dalammenerapakan PSAK No.10 Tahun 2012 tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valutaasing telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung Penerapan PSAKNo. 10 Tahun 2012 dalam Kegiatan aktivitas bank sesuai Standar Akuntansi yangberlaku, dalam hal ini Bank melakukan analisis-analisis untuk melihatKebijakan Penerapan PSAK No.10 Tahun 2012 yang dibagi menjadi beberapabagian yaitu dilihat dari penentuan mata uang Fungsional, pengukuran posmoneter dan pos non-moneter, dan penyajian kembali laporan keuangansetelah diterapkan PSAK No. 10 Tahun 2012.
 

Imas Ekawati Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos